Problematika Pendidikan di desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas
Problematika
Pendidkan di Desa Tebas Sungai, Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas
Permasalahan pendidikan di daerah Kabupaten
Sambas , khususnyavyang berada di Desa Tebas Sungai Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas, ternyata
kebanyakan anak– anak remaja, mereka banyak yang putus sekolah dan memilih
bekerja untuk membantu orang tua dalam
menmbah penghasilan orang tuanya. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya remaja putus sekolah di Desa Tebas
Sungai Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Adapun faktor-faktor penyebab
banyaknya anak dan remaja putus sekolah di desa tersebut sebagai akibat
kegagalan pendidikan adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan serta
kurangnya mutu pendidikan.
Faktor lain yang menyebabkan banyaknya anak dan remaja putus sekolah
adalah kurangnya ikhwal serta peranan orang tua dan juga banyaknya pengaruh
lingkungan sosial. Selain itu ada 3 permasalahan pokok yang menyebabkan
banyaknya anak dan remaja rawan putus sekolah,sebagai berikut :
1. Kurangnya
perhatian / pengawasan orang tua terhadap kegiatan belajar anak di rumah.
2. Figur orang
tua yang senantiasa melihat keberhasilan seseorang dari ukuran yang praktis dan
pragmatis. Artinya dimata orang tua yang terpenting adalah si anak dapat cepat
bekerja dan mencari uang sendiri.
3. Kesadaran
akan kebutuhan belajar anak kurang.
Sedangkan faktor lain di luar
faktor keluarga adalah masalah lingkungan sosial masyarakat desa, dimana sudah
menjadi rahasia umum lulusan SMP banyak anak yang tidak melanjutkan
pendidikannya ke sekolah lanjutan atas ( SMA ) atau bahkan ke perguruan tinggi,
tetapi mereka lebih memilih untuk mencari kerja. Disamping itu faktor lain yang
juga merupakan penyebab banyaknya anak dan remaja putus sekolah di Desa Tebas
Kecamatan Tebas Sungai yang pada akhirnya akan terjadi kegagalan pendidikan
adalah masalah lingkungan sekolah, yang mana di sekitar kecamatan tersebut
jumlah sekolah yang relatif kurang. Faktor lain yaitu jarak antara rumah dan
sekolah relatif jauh, sehingga kebanyakan remaja mengatakan kepada orang tuanya
mereka ke sekolah tetapi ternyata mereka tidak sampai di sekolah. Meskipun hal
ini jarang terjadi namun kadang-kadang dapat mempengaruhi remaja untuk tidak
masuk sekolah dan akhirnya tidak lagi melanjutkan sekolahnya atau dengan kata lain mereka telah
putus sekolah.
Adapun
masalah keterbatasan dan kurangnya
dorongan dari dari orang tua murid juga termasuk penyebab banyaknya remaja
putus sekolah sehingga menyebabkan mutu pendidikan menjadi rendah dan akhirnya
terjadi kegagalan. Kesibukan orang tua yang sangat padat, sampai-sampai tidak
ada waktu juga untuk mengetahui serta membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
oleh anak-anaknya di sekolah. Disamping itu tidak jarang pula terjadi akibat
orang tua itu sendiri yang ternyata adalah sama sekali tidak pernah mengenal
bangku sekolah, sehingga wajar jika mereka tidak mampu mendampingi anak-anaknya
ketika mengerjakan PR di rumah.
Kasus
siswa atau remaja yang tinggal kelas atau bahkan putus sekolah dan prestasi
balajar buruk / kurang bukan semata karena pengaruh TV. Memang diakui sebagian
anak atau remaja putus sekolah akibat pengaruh TV, namun ada faktor lain
seperti faktor psikologis anak itu sendiri dalam banyak hal juga berpengaruh.
Misalnya, ada siswa yang bersikap cuek / acuh tak acuh dalam menerima mata
pelajaran dan mengerjakan PR, dan bahkan bersikap acuh terhadap
penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru, justru murid sepertinya tampak
gembira kalau guru menyatakan bahwa hari ini tidak ada pelajaran / kosong.
Kurangnya waktu belajar cukup buat remaja /
anak sekolah pada akhirnya membuat mereka kelabakan sendiri jika PR dari
sekolah. Bisa dikatakan bahwa anak-anak cenderung akan belajar hanya jika ada
PR saja. Jangankan belajar untuk materi yang akan datang, materi yang sudah
diajarkan saja tidak jarang anak-anak tidak belajar untuk mengulangnya lagi.
Seperti hal nya standarisasi untuk menentukan layak atau tidak naik
kelas, masalah pemberian sanksi bagi siswa yang tidak mengerjakan PR. Bagi
seorang guru adalah sesuatu yang sangat dilematis. Di satu sisi jika guru
bertindak lunak, tetapi di sisi lain jika guru bertindak kasar, mungkin siswa
yang bersangkutan akan malas dan tidak masuk sekolah, atau bahkan pada akhirnya
siswa tersebut lebih memilih untuk tidak lanjut lagi dan akhirnya mereka putus
sekolah.
Di
samping itu, para guru umumnya juga menyadari bahwa unttuk siswa yang
sehari-harinya merangkap antara belajar dan bekerja, entah itu di rumah atau
bekerja di sekitar publik, faktor kelelahan fisik juga sangat mempengaruhi
stamina siswa untuk dapat belajar dengan baik.
Walaupun di sadari bahwa faktor-faktor di atas bukanlah satu-satunya
faktor penyebab banyaknya remaja putus sekolah, namun faktor kemiskinan dalam
banyak hal dipandang sebagai kondisi yang sifatnya sanga struktural, yang
artinya bahwa masalah ekonomi memiliki peranan besar dalam memberikan kesempatan
kepada anak-anak dari keluarga yang secara kanyataan memiliki ekonomi yang relatif kurang /
keluarga miskin.
Seperti diketahui bahwa pada keluarga miskin di Desa Tebas Sungai Kecamatan Tebas, umumnya masyarakat
berpenghasilan yang relatif kurang. Dimana hal ini hanya cukup untuk keperluan
sehari-hari / pas-passan, sekedar cukup untuk hidup dan makan saja. Kalau
kemudian keluarga tersebut memaksakan diri untuk menyekolahkan anaknya secara
penuh, maka dampak yang paling mereka rasakan , bukan pada biaya yang harus
mereka tanggung untuk membiayai keperluan sekolah, tetapi yang justru mereka
rasakan sangat berat adalah kemungkinan mereka akan kehilangan satu sumber
penghasilan keluarga yang produktif yang selama ini disumbangkan oleh pekerjaan
anak itu bagi orang tuanya.
Untuk
mengatasi persoalan tersebut, biasanya setiap orang tua yang memiliki ekonomi
lemah / miskin mengambil 2 pilihan untuk menjembatani dua kepentingan yang
bertolak belakang, yaitu keinginan untuk menyekolahkan anak dan keharusan anak
untuk bekerja denmi membantu penghasilan orang tua.
Itulah
faktor-faktir yang menyebabkan banyak anak dan remaja putus sekolah di Desa
Tebas sungai Kecamatan Tebas Kabupaten Sambas. Contoh tersebut hanya sedikit
contoh dari jutaan anak-anak di Indonesia yang terancam bahkan tidak bisa
melanjutkan sekolah karena kesulitan ekonomi, padahal melalui pendidikan,
mereka berpotensi menggapai impian dan cita-citanya, serta dapat mengubah taraf
hidup diri dan keluarganya.
Dengan adanya keseriusan dan kesigapan dari pemerintah
dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti halnya kebijakan dana
bantuan operasional sekolah ( BOS ) untuk mengurangi anak yang putus sekolah,
maka angka yang putus sekolah akan dapat ditekan. Disamping itu peranan dari pihak sekolah dan pihak orang tua dalam
menekan jumlah anak yang putus sekolah juga sangat diperlukan dan berpengaruh
akan jumlah anakvyang putus sekolah.
Komentar
Posting Komentar